Kamis, 22 Agustus 2019

Praja Mangkunegaran

Praja Mangkunegaran
===========
Indonesia pd masa kerajaan telah memiliki pasukan elit seperti TNI saat ini.Sebut saja di kerajaan Majapahit dikenal pasukan bernama Prajurit Bhayangkara.Beberapa ratus tahun kemudian,pd masa Praja Mangkunegaran muncul pasukan modern&profesional bernama Legiun Mangkunegaran.Kejayaan Legiun Mangkunegaran terlihat dari bangunan kavaleri-artileri markas Legiun Mangkunegaran yg berada di sebelah timur Puro Mangkunegaran
====
Pembentukan Legiun Mangkunegaran tidak dpt dilepaskan dari tradisi kemiliteran yg diletakkan oleh Pangeran Sambernayawa/KGPAA Mangkunegara I.Embrio dari Legiun Mangkunegaran adlh pasukan gerilya yg berjuang selama belasan tahun bersama Pangeran Sambernyawa.Setelah Pangeran Sambernyowo berkuasa pd tahun 1757,pasukan tersebut menjadi satuan militer Praja Mangkunegaran.Sebanyak 12 kesatuan yg berpengalaman bergerilya tetap dipertahankan&ditambah dengan 22 unit infanteri,kavaleri&artileri yg terdiri dari masing² 44 orang
====
Setelah Mangkunegara I wafat,satuan militer itu terus dikembangkan.Mangkunegara II adlh raja yg visioner.Pd tahun 1808 beliau membentuk Legiun Mangkunegaran.Mangkunegara II terinspirasi dari pasukan modern Grande Armee,angkatan darat terkuat di dunia saat itu yg dipimpin oleh Napoleon Bonaparte.Nama legiun juga mengadopsi dari organisasi militer Perancis yakni Legionnaire/Legiun yg berarti pasukan bala tentara.Tidak hanya nama,Legiun Mangkunegara juga mengadopsi militer Perancis secara fisik,persenjataan,taktik&organisasi
====
Mangkunegara II memiliki alasan kuat untuk tidak menyukai Belanda tetapi demi pembangunan militer yg kuat untuk sementara waktu mendahulukan kepentingan kerajaan dengan jalan mengundang perwira² militer Belanda,Prancis&Inggris yg profesional untuk melatih Legiun Mangkunegaran.Mangkunegara II membentuk Legiun Mangkunegaran sebagai alat legitimasi Mangkunegara yg bertahta&mengamankan diplomasi Praja Mangkunegan.

Selasa, 06 Agustus 2019

Raden Wijaya sang pangeran sunda

PAKUAN PAJAJARAN DI TAHUN 1280-AN

     Pada tahun 1280-an ibukota kerajaan Sunda, Pakuan, geger, karena kematian sang putra mahkota kerajaan Sunda, Pangeran Jayadarma, yang mendadak di usia yang relatif muda. Ada desas desus di masyarakat bahwa sang putra mahkota itu diracun.  
     Hal ini menjadikan istri sang putra mahkota, Dyah Lembu Tal yang berasal dari Singasari sangat terpukul dan resah.  Ia akhirnya memutuskan untuk kembali ke Singasari ke tempat mereka berasal. Ia berpamitan kepada mertuanya Prabu Darmasiksa untuk kembali ke tanah Jawa (singasari) dengan membawa putranya, hasil perkawinannya dengan Rakeyan jayadarma yang masih kecil, yang bernama Wijaya atau lengkapnya Sang Nararya Sanggramawijaya
Wijaya sebenarnya secara otomatis menjadi putra mahkota kerajaan Sunda, setelah ayahnya, Rakeyan Jayadarma meninggal. Tetapi karena ketidakjelasan status Dyah Lembu Tal yang ditinggal suaminya, menjadikan Sang Putra mahkota Sunda itu akhirnya di ajak pulang oleh ibunya  ke negeri kakeknya dari pihak ibunya dari kerajaan Singasari.


Dalam naskah Carita parahiyangan  kakek Wijaya, yang bernama Prabu Darmasiksa, raja kerajaan Sunda ke-25, dipuji sebagai titisan Dewa Wisnu.

Disilihan deui ku Sang Rakéyan Darmasiksa, pangupatiyan Sanghiyang Wisnu, inya nu nyieun sanghiyang binayapanti, nu ngajadikeun para kabuyutan ti sang rama, ti sang resi, ti sang disri, ti sang tarahan, tina parahiyangan.
Ti naha bagina?T i sang wiku nu ngawakan jati Sunda, mikukuh Sanghiyang Darma ngawakan Sanghiyang Siksa.
Prabu Darmasiksa atau Prabu Ghuru Darmasiksa  merupakan raja ke-25 dari kerajaan Sunda dihitung dari maharaja Tarusbawa.  Dalam naskah wangsakerta kitab  Pustaka Rājya-Rājya i Bhumi Nusāntara, Prabu  Darmasiksa disebut dengan gelar Prabu Sanghyang Wisnu atau disebut juga Sang Paramārtha Mahāpurusa
Prabu Darmasiksa naik tahta sunda menggantikan ayahnya, Prabu Dharmakusuma (mp. 1156-1175 M), dan  berkedudukan di Pakuan. Prabu Dharmakusuma merupakan raja sunda ke-24, yang berkuasa selama 18 tahun. Dalam Naskah carita Parahiyangan, Prabu darmasiksa ini disebut dengan Sang Lumahing Winduraja (yang dipusarakan di Winduraja).
Menurut Carita Parahiyangan, Prabu Darmasiksa ini dikaruniai mempunyai umur yang panjang, dan berkuasa selama 150 tahun. (Lawasniya ratu saratuslimapuluh tahun). Sedang dalam naskah Wangsakerta menyebut angka 122 tahun sejak 1097-1219 saka atau 1175-1297 M. Sebagai perbandingan, setidaknya ada 10 penguasa di Jawa Pawathan yang sezaman dengan masa pemerintahannya.

Ia naik tahta 16 tahun setelah Prabu Jayabaya (1135-1159 M), penguasa Kediri Jenggala yang meninggal. Ia juga memiliki kesempatan menyaksikan lahirnya kerajaan Majapahit pada tahun 1293 M yang didirikan oleh Cucuny .

Istri dan Anak anaknya
Prabu Darmasiksa menikah dengan putri dari kerajaan Sriwijaya (Swarnabhumi), keturunan Maharaja Sanggramawijayo tunggawarman. Dari perkawinannya dengan putri Swarnabhumi Raja Sunda tersebut  berputera beberapa orang, dua orang di antaranya masing-masing yaitu: Rakryan Jayagiri atau  Rakryan Jayadarma dan Rakryan Saunggalah atau sang Prabhu Ragasuci .

Rakryan Ragasuci
Rakryan Ragasuci menikah dengan Darapuspa, putri Maharaja Trailokyaraja Maulibhuçanawarmmadewa, Raja Melayu Dharmaçraya. Sedang kakaknya Darapuspa yaitu Darakencana menjadi istri Prabhu Kretanagara dari Singashari. Dan kakandanya Darakencana yaitu Tribhuwanaraja Mauliwarmmadéwa dijadikan rajamuda pada waktu itu juga. Kemudian dinobatkan menjadi raja menggantikan ayahnya.
Adapun perkawinan Sang Prabu Ragasuci dengan puteri Melayu Darapuspa berputera beberapa orang, salah satu di antaranya Sang Prabu Citraghanda Bhuwanaraja, yang menggantikan ayahnya yaitu Sang Prabu Ghuru Dharmasiksa menjadi raja Sunda. 

Raden Wijaya
Wijaya sang pendiri Majapahit, dalam buku buku sejarah biasanya di namai Raden Wijaya. Padahal dalam sejarah tempo dulu (pada abad 13-14 M) belum dikenal gelar raden. Wijaya dalam Naskah Pararton  disebut dengan Harsawijaya.  Naskah Negarakretagama yang ditulis pada pertengahan abad ke-14 M, menyebut dengan Dyah Wijaya. Dan dalam prasasti Kudadu disebut dengan Nararya Sanggramawijaya.
Raden Wijaya adalah putra Rakeyan Jayadarma, putra mahkota kerajaan Sunda yang meninggal karena diracun, dan merupakan cucu dari Prabu Darmasiksa, raja sunda ke-26. Ibu Raden Wijaya bernama  Dewi Singhamurti atau Dyah Lembu Tal merupakan putra  Mahisa Campaka  dari kerajaan Singashari, ketika suaminya meninggal, ia membawa sang putra kembali ke negeri asalnya Singashari. 

Di Singhasari ia dibesarkan dilingkungan istana. Diceritakan  bahwa ketika Raden Wijaya menginjak remaja, ia sangat pandai, mahir dalam segala ilmu, mahir memanah dan mahir dalam ilmu kenegaraan serta ilmu yang lainnya. Karena  Raden Wijaya  tinggal di keraton Singhasari bersama saudaranya yaitu Prabu Kretanagara, serta dia selalu belajar kepada beberapa menteri dan senapati dan orang-orang yang mahir dalam ilmu pengetahuan. Karena itu, ketika Prabhu Kretanagara menjadi raja Singashari, Raden Wijaya dijadikan senapati angkatan perang Singhasari.
Ia menikah dengan putri dari raja Singahsari, Prabu Kertanegara. Karena itu ketika Prabu Kertanegara meninggal karena serangan dari Jayakatwang dari kediri. Dan ia dapat memamfaatkan serangan kerajaan Mongol terhadap kediri, sehingga kediri hancur. Maka ia kemudian diangkat menjadi raja, dan sekaligus membangun kerajaan baru yang kemudian dinamai kerajaan majapahit atau Wilwatika.
Ia diangkat menjadi raja pada  tanggal 15 kartika 1215 saka atau 10 november 1293 m, dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana.

PENEMUAN SALURAN AIR KUNO DI DESA BULUSARI - GEMPOL PASURUAN

  Tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur melakukan peninjauan terkait ditemukannya situs saluran air kuno yang bermaterialka...