Pada tahun 1319, di
Kerajaan Majapahit terjadi pemberontakan oleh seorang Darmaputra, Ra Kuti, yang
berhasil menguasai Istana Kerajaan Majapahit yang berada di Alas Tarik / Trik. Banyak ksatria Majapahit
yang tewas dalam peristiwa ini, tapi Raja Jayanegara berhasil diselamatkan oleh Bhayangkari Kaputren yaitu Gajah Mada yang saat itu jabatanya masih seorang Bekel. Dalam serat Pararaton,
Jayanegara diselamatkan dengan dibawa lari sampai Desa Badander, yang terletak
di daerah Matahun (Bojonegoro). Setelah melakukan gerakan rahasia, Gajah Mada
menyatukan kekuatan pendukung kerajaan dan berhasil mengalahkan Ra Kuti dan
pengikutnya, dan membawa kembali Jayanegara ke istana Majapahit. Atas jasanya
menyelamatkan raja, Gajah Mada diangkat menjadi Patih di Kahuripan dan kemudian
diangkat menjadi Patih di Daha.
Menimbang dari pemberontakan dimana istana kerajaan mudah
dikuasi, Sri Jayanegara membangun istana baru di kota yang dikelilingi parit di
daerah Trowulan. Empat tahun setelah
pemberontakan Ra Kuti, dan sudah menempati istana baru di Trowulan, Sri
Jayanegara mengeluarkan piagam kerajaan
dalam beberapa lempeng tembaga, yang dikenal sebagai Prasasti Sidateka, juga
dikenal sebagai Prasasti Tuhanyaru dan juga Prasasti Jayanegara 2. Piagam yang
terdiri dari 10 lempeng tembaga ini dikenal sebagai Prasasti Jayanegara 2
karena merupakan prasasti kedua yang dibuat oleh Sri Jayanegara setelah
Prasasti Belawi di awal menjadi raja di tahun 1305.
Prasasti ini dinamakan sesebagai Prasasti Tuhanyaru kerena
dibuat sebagai bukti pemberian tanah sima perdikan kepada seorang pembesar
istana, dan dinamakan Prasasti Sidateka mengingatkan pada kembalinya Sri
Jayanegara setelah pelarian sampai ke Desa Badander akibat pemberontakan oleh
Ra Kuti. Prasasti Tuhanyaru ditemukan di Mojoketo, saat ini disimpan di Museum
Universitas Leiden Negeri Belanda.
Selain menyebutkan maksud berupa pemberian tanah sima
perdikan, prasasti ini juga disertai kalimat-kalimat pujian kepada Sri
Jayanegara sebagai raja dan beberapa pejabat kerajaan penting di Majapahit.
Disebutkan bahwa prasasti ini diperintah kepada para mantra Katrini Perintah
itu diterima oleh yang mulia para menteri Katrini:Rakrian menteri Hino Dyah Sri
Rangganata, yang menggetarkan musuh seteru. Rakrian menteri Sirikan, Dyah Sri
Kameswara, yang bertabiat tiada cacat. Rakrian menteri Halu, Dyah Wiswanata,
yang gagah perkasa serupa adik Bima. Semua menteri Katrini itu dikepalai Rake
Tuhan Mapatih ring Daha.
( Prasasti Sidateka Tuhanyaru )
Sejarah akan terungkap oleh sang putro wayah
BalasHapus