Senin, 29 Juli 2019

Analisa Candi Kagenengan

   Linira sang Amurwabhumi i saka 1169. Sira dhinarmeng Kagenengan.” (Padmapuspita, 1966:24).  Waktu meninggalnya sang Amurwabhumi pada tahun Saka 1169. Beliau dicandikan di Kagenengan." ( Uraian Pararaton ) .
      ring saka syabdhi rudra krama kalahaniran mantuking swargga loka, kyating rat sang dhinarmma dwaya ri kagenengan sewa bhoddhengusana.”
Artinya: “... pada tahun saka Asyabdhirudra-1149 (1227 Masehi) Baginda berpulang ke alam baka (Siwa Loka), tersohor di dunia Baginda diabadikan di Candi Kagenengan berwujud Siwa Buddha sejak dahulu." (Riana, 2009:207).
          Nagarakretagama menguraikan cukup detail mengenai tentang tempat pen-dharma-an Sri Rajasa sebagai cikal bakal atau pendiri Dinasti Rajasa. Uraian tersebut merupakan hasil pengamatan langsung Prapanca yang menyertai Raja Hayam Wuruk ketika tour de inspection di Kagenengan pada 1359 Masehi. Kemudian, Prapanca menggambarkan tempat tersebut pada Pupuh XXXVI dan XXXVII dalam Negarakretagamasebagai berikut:

Pupuh XXXVI:

1. Pada subhakala Baginda berangkat ke selatan menuju Kagenengan, akan berbakti di pen-dharma-an bhatara bersama segala pengiringnya, harta alat, dan makanan mengiringkan bunga beserta upacara indah didahului kibaran bendera terdukung ramai orang menonton.
2. Setelah penyekaran, narapati keluar dikerumuni rakyat menghadap, para pendeta Siwa-Buddha, dan bangsawan dekat berderet di sisi beliau, tidak berkata waktu baginda bersantap menurut nafsu kehendak hati, seadanya rakyat dianugrahi kain-kain yang meresapkan pandangan.
Replika Kitab Negarakertagama

Pupuh XXXVII:

1. Tersebut keindahan candi makam wujudnya tiada bertara pintu gerbangnya terlampau indah lagi tinggi bersabuk dari luar, di dalam terbentang halaman dengan balai berderet di tepinya, penuh segala macam bunga tanjung (mimusops elengi) nagasari indah dan ajaib.
2. Menara menjulang tinggi di tengah-tengah terlampau indah, seperti Gunung Meru tempat Siwa dengan Arca Siwa di dalamnya, layak karna putra Girinatha dipandang raja dewa menjelma, trah leluhur Sri Naranata yang disembah diseluruh dunia.
3. Sebelah selatan pen-dharma-an ada tempat suci yang terbengkalai, tembok dan pintu gerbangnya tinggi kiranya tempat suci kebudaan, di dalamnya ada lantai kakinya barat telah hilang tinggal yang timur hanya sanggar dan pamujaan yang utuh, temboknya tinggi dari bata merah.
4. Di sebelah utara tanah dan kaki balai telah merata, terpencar tanamannya nagapuspa, merah halamannya waktu bertunas berbunga, di luar pintu pabaktan tanahnya tinggi terbuang (longsor) luas dalamnya tertutup jalannya penuh rumput serta lumut.
5. Laksana perempuan sakit merana lukisannya lesu pucat, bertebaran daun cemara yang diterpa angin kusut bergelung, kelapa gading melulur tapasnya pinang letih lusuh melayu, bambu gading melepas pelepahnya layu merana tak ada hentinya (Muljana, 2006:361-362 dan Riana, 2009:187-191 dengan sedikit perubahan).
Kemudian, lebih lanjut lagi informasi mengenai tempat pen-dharma-an Ken Angrok di Kagenengan terdapat pada prasasti Mula-Malurung (1254 M), juga disebutkan berhubungan dengan kakek dari Nararya Smining Rat (yang mengeluarkan prasasti), kakeknya adalah pendiri Kerajaan Tumapel yang meninggal di dampar kencana (singgasana) dan di-dharma-kan di Kagenengan (Suwardono, 2013:242).  Hanya keturunannya saja yang dengan senang hati membangun caitya bagi sang raja. Kalau kita lihat raja raja Singosari dari Raja Anusapati sampai ke Raja Kertanegara yg memerintah kerajaan Singosari semua merupakan keturunan trah dari Tunggul Ametul . Pertanyaan ny apakah raja raja tersebut membangun sebuah bangunan suci kepada eyang Prabu Ken Arok yg merupakan dalang dari pembunuhan Akuwu Tunggul ametung dan Ken Arok bukan leluhur dari Raja raja Singosari. 
        Setelah Singosari dikalahkan gelang gelang baru lah trah dari Ken Arok Raden Wijaya menjadi raja dengan mendirikan kerajaan Majapahit di alas trik. 
     Sumber yang membahas tentang kagenengan berada di alas trik memang tidak ada tapi kalau kita melihat kajian balar yang meneliti selama 1986 sampai 1994 pernah menyebut di daerah tarik ada nama Pagenengan  yang pernah di kaji oleh balar jogja. Menurut warga yang pernah melihat disana ditemukan kepala budha dan patahan mahkota dari sebuah arca serta arca dwarapala berkepala kera atau Anoman. Tentunya analisa ini perlu dikaji bersama dengan tim yang dahulu pernah meneliti di area Pagenengan baik temuan apa saja dan hasil dari kajian tersebut . Kalau merujuk Ken Arok di candi kan sebagai siwabudha sangat lah cocok karena di area tersebut terdapat patahan dari arca Siwa dan Budha . 
      Analisa yang berhubungan dengan Prabu Hayam pada Negarakertagama 

Pupuh XXXVI:

1. Pada subhakala Baginda berangkat ke selatan menuju Kagenengan, akan berbakti di pen-dharma-an bhatara bersama segala pengiringnya, harta alat, dan makanan mengiringkan bunga beserta upacara indah didahului kibaran bendera terdukung ramai orang menonton. Karena alat transportasi kebanyakan melalui jalur air kemungkinan sang prabu berangkat dari antawulan menuju ke pelabuhan Canggu yang berada di sisi Utara kedaton Majapahit awal . Setelah sang prabu beliau sampai di Canggu sang prabu berjalan ke selatan menuju ke tempat pendharmaan atau bangunan suci kagenengan yang tak jauh dari kedhaton .

NB
Merupakan analisisa jangan dijadikan sebagai bahan perdebatan karena kita semua sangat bangga dengan kasanah sejarah nuswantara
Sumber di ambil dari cerita tutur dan kajian berkala balar jogja. Kalau pun analisa ini salah kami mohon maaf.




1 komentar:


  1. ayo daftarkan diri anda di AJOQQ :D
    menangkan jackpot dengan sebanyak-banyaknya :D

    BalasHapus

PENEMUAN SALURAN AIR KUNO DI DESA BULUSARI - GEMPOL PASURUAN

  Tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur melakukan peninjauan terkait ditemukannya situs saluran air kuno yang bermaterialka...